Ibu hamil muda makan sate
Makan sate saat hamil muda sebaiknya dihindari dulu ya, Bunda. Sebab, konsumsi makanan yang dibakar seperti sate kambing atau sate ayam bisa berisiko menimbulkan komplikasi dan masalah pada janin.
Saat dibakar, permukaan luar daging yang bersentuhan dengan api pembakaran dapat menyebabkan lemak daging dan asap arang menghasilkan PAH dalam jumlah tinggi. Selain itu, efek karsinogen yang ditimbulkan dari pembakaran daging juga bisa berdampak buruk pada ibu hamil dan janinnya.
Kesehatan Pencernaan
Makanan pedas dapat mempengaruhi sistem pencernaan dan meningkatkan risiko gangguan pencernaan seperti heartburn, refluks asam, dan gangguan lambung lainnya. Selama kehamilan, perubahan hormon dapat memperlambat proses pencernaan dan menyebabkan peningkatan risiko masalah tersebut. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Gastroenterology and Hepatology menunjukkan bahwa ibu hamil cenderung lebih sensitif terhadap makanan yang merangsang produksi asam lambung, sehingga makanan pedas dapat memperburuk kondisi ini (Reddy et al., 2021).
Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa konsumsi makanan pedas dalam jumlah moderat memiliki dampak langsung pada janin. Sebagian besar bahan aktif dalam makanan pedas, seperti capsaicin, tidak menembus plasenta dalam konsentrasi yang cukup untuk mempengaruhi janin. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), konsumsi makanan pedas tidak dianggap sebagai risiko langsung terhadap kesehatan janin, asalkan ibu hamil tidak mengalami gangguan pencernaan yang signifikan (ACOG, 2023).
Dikaitkan dengan terjadinya kanker pada anak
Studi yang diterbitkan dalam British Medical Journal tahun 2015 menemukan bahwa konsumsi makanan dengan zat karsinogenik selama kehamilan dikaitkan dengan kanker pada masa kanak-kanak. Meski jarang terjadi, kanker pada masa kanak-kanak merupakan salah satu penyebab kematian paling umum pada anak kecil.
Peneliti menemukan bahwa hubungan antara kanker dan karsinogenik ini paling jelas terlihat pada kondisi leukemia, khususnya pada anak laki-laki. Demikian seperti mengutip laman Maastricht University.
Mengurangi morning sickness
Gejala umum yang sering terjadi selama kehamilan adalah mual dan muntah di pagi hari. Hampir setiap ibu hamil mengalami morning sickness dan kondisi ini sangat tidak nyaman.
Keluhan mual dan muntah karena morning sickness biasanya dimulai sebelum kehamilan memasuki minggu ke-9 di trimester pertama dan berakhir di trimester kedua. Namun, ada juga ibu hamil yang mengalami mual sepanjang masa kehamilannya.
Hal ini tentunya sangat menggaggu aktivitas sehari-hari karena Mama harus bolak-balik ke kamar mandi. Sayangnya tidak mungkin untuk mencegah hal itu terjadi.
Untungnya, jantung pisang ternyata bisa membantu melawan mual dan muntah yang diakibatkan morning sickness nih, Ma. Mengonsumsi jantung pisang dengan porsi yang cukup akan membantu Mama mengurangi gangguan yang tidak nyaman ini.
Meningkatkan kekebalan tubuh
Di samping efek samping yang kurang nyaman, ternyata beberapa peneliti percaya bahwa makanan pedas bahkan dapat mendukung sistem kekebalan tubuh. Selain itu, makanan pedas berdampak positif pada kesehatan jantung.
Asalkan, makanan pedas tersebut dikonsumsi dalam jumlah wajar oleh ibu hamil.
Bunda ngidam makan sate saat hamil? Makanan asli Indonesia ini memang bisa menggugah selera bila disajikan dalam kondisi panas.
Makan sate saat hamil sebaiknya dikurangi dulu, Bunda. Sebab, sate merupakan makanan yang dibakar dan seringkali menggunakan daging mentah langsung bakar dalam pengolahannya.
Dilansir laman Eating Well, makanan yang dibakar mengalami proses kimia yang disebut non-enzymatic browning. Ada dua jenis non-enzymatic browning, yakni karamelisasi dan reaksi Maillard.
Karamelisasi terjadi ketika karbohidrat atau gula dipanaskan dan air dihilangkan, kemudian diikuti dengan proses yang disebut isomerisasi (ketika suatu senyawa atau makanan diubah menjadi bentuk yang berbeda) dan polimerisasi (menggabungkan molekul, memberikan warna coklat pada makanan dan rasa pedas).
Sedangkan, reaksi Maillard terjadi ketika asam amino dalam makanan bereaksi dengan gula pereduksi saat makanan dimasak. Proses ini juga memberikan rasa yang berbeda, serta warna yang lebih gelap pada makanan tersebut.
Namun, jika makanan yang dimasak sudah melewati titik karamelisasi, makanan tersebut akan menjadi hitam dan hangus. Makanan yang dimasak dalam suhu tinggi kemungkinan besar mengandung bahan kimia akrilamida, heterosiklik (HCA), dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH).
Lalu apa saja dampak makanan yang dibakar, seperti sate, untuk janin dan ibu hamil?
Simak penjelasan lengkapnya berikut ini ya!
Hal yang Harus Diperhatikan Bila Ingin Mengonsumsi Makanan yang Dibakar Saat Hamil
Perlu diingat bahwa saat hamil tubuh akan lebih rentan terhadap risiko keracunan makanan. Hal ini disebabkan karena sistem kekebalan tubuh ibu hamil yang lebih fokus untuk melindungi pertumbuhan janin yang belum lahir.
Keracunan makanan dari salmonella, E. coli atau bakteri campylobacter mungkin tidak akan membahayakan janin. Namun hal ini mungkin membuat ibu hamil merasa tidak enak badan karena diare, muntah, dan kram perut.
Selain itu, kesalahan dalam mengolah makanan yang dibakar juga dapat menyebabkan risiko toksoplasmosis pada ibu hamil. Toksoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan karena adanya parasit pada daging mentah atau kurang matang.
Ibu hamil yang mengalami toksoplasmosis dapat menyebabkan kerusakan otak pada janin, keguguran, dan bahkan kematian. Gejala toksoplasmosis biasanya seperti flu ringan, meskipun kadang tidak memberikan gejala sama sekali.
Daging babi atau domba yang kurang matang adalah penyebab umum dari munculnya infeksi berbahaya ini.
Artikel terkait: Ibu hamil meninggal akibat diare akut setelah makan kerang mentah
Daging yang kandungan lemaknya rendah
Salah satu sumber protein yang baik adalah daging. Daging dapat menjadi sumber nutrisi terbaik untuk ibu hamil, asalkan kandungan lemak yang dimiliki telah disingkirkan atau lebih baik lagi apabila daging tersebut telah minim lemak.
Daging yang minim lemak dapat menjadi makanan terbaik untuk ibu hamil bukan karena kandungan proteinnya saja, melainkan juga kalori yang lebih rendah yang dimilikinya. Dengan begitu, ibu hamil tidak perlu terlalu mengkhawatirkan kalori yang sering menyebabkan permasalahan kenaikan berat badan saat hamil.
Salah satu contoh daging yang minim lemak adalah daging sapi. Pada daging sapi, bagian yang minim lemak dapat ditemukan di bagian dalam, sekitar leher, has luar, dan has dalam. Bagian dari daging tersebut tentunya dapat diolah menjadi masakan yang lezat, tetapi tetap sehat, ya, Ma.
Ikan merupakan sumber omega-3 yang terkenal. Kandungan omega-3 pada ikan dapat membantu pertumbuhan otak dan retina janin. Tidak hanya itu, omega-3 juga dapat membantu menentukan usia kehamilan yang cukup dan mengurangi stres masa prenatal sebagai periode awal kehamilan yang sering mempengaruhi ibu hamil.
Sementara itu, telur dikenal akan kandungan vitamin A yang baik. Vitamin A dalam telur dapat membantu perkembangan kesehatan mata dan kulit, serta menjaga imunitas kehamilan.
Dengan begitu, ikan dan telur memiliki kandungan nutrisi yang dapat mendukung ibu hamil melalui masa kehamilan sampai kelahiran dengan kondisi terjaga. Tak heran, kedua bahan makanan ini menjadi pilihan makanan terbaik yang dapat dikonsumsi selama kehamilan.
Pada sisi lain, pilihan makanan terbaik yang telah disajikan juga lebih dianjurkan karena bahan makanan tersebut merupakan makanan yang utuh. Artinya, makanan tersebut tidak diolah sedemikian rupa sehingga menambahkan zat-zat buatan dalam makanannya.
Hasilnya, makanan yang dikonsumsi akan lebih menyehatkan untuk ibu hamil dan janin dalam kandungan. Dengan begitu, Mama dapat memperoleh manfaat yang maksimal dari makanan yang terbaik untuk menunjang kondisi kehamilan, ya.
Nah, itulah makanan terbaik untuk ibu hamil menurut dr. Zaidul Akbar yang telah Popmama.com rangkum untuk Mama.
Semoga informasi di atas bermanfaat, Ma!
Kehamilan adalah fase luar biasa yang membawa banyak perubahan, baik secara fisik maupun emosional. Di tengah kebahagiaan menyambut kehidupan baru, banyak ibu hamil yang bertanya-tanya tentang berbagai hal, termasuk keamanan makanan yang mereka konsumsi. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah, “Bolehkah ibu hamil makan pedas?” Pertanyaan ini menuntut perhatian khusus, mengingat perubahan dalam tubuh ibu hamil dan dampak potensial yang mungkin terjadi. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai keamanan konsumsi makanan pedas selama kehamilan serta dampaknya pada kehamilan.
Mengatasi anemia pada ibu hamil
Selama hamil, Mama harus memastikan bahwa asupan zat besi terpenuhi dengan cukup. Karena jika tidak, Mama berisiko mengalami anemia.
Kurangnya zat besi dalam tubuh yang paling sering terjadi selama masa kehamilan dapat menyebabkan anemia. Padahal, zat besi diperlukan dalam menghasilkan hemoglobin.
Sel darah merah yang cukup mengandung hemoglobin dapat membantu melancarkan aliran darah dan membawa oksigen serta nutrisi bagi perkembangan janin.
Jika zat besi dalam tubuh ibu hamil sedikit, maka proses pemberian nutrisi termasuk nutrisi bagi janin di dalam perut juga akan tehambat.
Kondisi ini bisa berbahaya saat Mama sedang hamil karena Mama mungkin merasa lelah sepanjang waktu.
Untuk mengembalikan kadar zat besi ke kadar normal, bukan ide buruk jika Mama mengonsumsi jantung pisang selama hamil. Sebab, jantung pisang kaya akan zat besi dan juga tinggi vitamin dan mineral lainnya.
Apakah Ibu Hamil Boleh Makan Pedas?
Konsumsi makanan pedas saat hamil adalah topik yang sering diperdebatkan. Makanan pedas, yang biasanya mengandung cabai atau bumbu pedas lainnya, dapat memengaruhi sistem pencernaan dan dapat menyebabkan berbagai reaksi tubuh. Mari kita tinjau beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan:
Meningkatkan risiko keguguran
Makanan seperti sate umumnya dibakar dalam kondisi mentah. Hal ini dapat menimbulkan risiko ibu hamil terkena infeksi Toksoplasmosis, Bunda.
Toksoplasmosis adalah infeksi parasit Toxoplasma gondii. Pada orang yang tidak hamil, infeksi biasanya tidak berbahaya dan seringkali tanpa gejala. Namun, pada wanita hamil, toksoplasmosis dapat meningkatkan risiko keguguran, bayi lahir mati, atau kerusakan pada organ bayi yang sedang berkembang.
"Toksoplasmosis bisa berbahaya bagi janin yang sedang berkembang. Sayangnya, dalam sejumlah kecil kasus, hal ini dapat menyebabkan keguguran atau bayi meninggal saat lahir," kata ahli diet di bidang nutrisi anak, Sasha Watkins, dikutip dari Baby Centre.